gambar senjata tradisional dari aceh

Sistemkami menemukan 25 jawaban utk pertanyaan TTS senjata tajam tradisional dari aceh. Kami mengumpulkan soal dan jawaban dari TTS (Teka Teki Silang) populer yang biasa muncul di koran Kompas, Jawa Pos, koran Tempo, dll. Kami memiliki database lebih dari 122 ribu. Lilitanini terbuat dari tenunan sutra berbahan emas yang berbentuk bintang segi 8. Anda bisa melihat bagaimana bentuk Meukotop pada gambar di bawah ini. 4. Senjata Tradisional dalam Pakaian Adat Aceh. Sama seperti kebanyakan pakaian adat dari provinsi lainnya, pakaian adat Aceh juga dilengkapi dengan penggunaann senjata tradisional sebagai SenjataTradisional Aceh Lengkap Gambar dan Penjelasannya Senjata Tradisional Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sering disebut dengan julukan " Tanah Rencong ". Sebutan Tanah Rencong berasal dari sebuah senjata tradisional yang digunakan oleh masyarakat Aceh. DetailJual Senjata Tradisional Badik Rencong Aceh Original Kuno - Kab. Jepara - Elmanaksesoris | Tokopedia, klik untuk melihat koleksi gambar lain di kibrispdr.org Rencongsenjata tradisional asal daerah Aceh. Rencong dalam bahasa daerah setempat disebut sebagai Rintjong . Ini merupakan senjata tradisional milik Suku Aceh. Rencong merupakan simbol identitas diri, keberanian, dan ketanguhan Suku Aceh. Senjata ini dipakai oleh pejuang-pejuang Aceh, serta raja-raja kerajaan Aceh terdahulu. Site De Rencontre Pour Noir Et Blanc. Senjata Tradisional Aceh – Aceh adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kebudayaan yang melekat pada masyarakatnya. Kebudayaan yang ada bermacam-macam dengan corak khas Melayu yang sangat kuat. Salah satu warisan kebudayaan yang masih tetap lestari adalah senjata tradisional Aceh. Berbagai senjata tradisional Aceh masih sering dijumpai dalam acara-acara atau rutinitas tertentu. Senjata tradisional Aceh memiliki keterkaitan sejarah yang kuat di masa lalu. Jenis-jenis senjata tradisional Aceh pun cukup beragam dengan karakteristiknya masing-masing. Mempelajari sejarah dan jenis-jenis senjata tradisional Aceh akan mampu menggali kebudayaan Aceh lebih dalam. Berikut dideskripsikan sejarah senjata tradisional Aceh beserta jenis-jenisnya. Sejarah Senjata Tradisional Aceh Sebagai Warisan Kebudayaan Bangsa Sejarah senjata tradisional Aceh tidak bisa dilepaskan dengan peran kerajaan-kerajaan Aceh yang pernah berjaya di masa lalu. Dahulu pada sekitar abad ke-12 M telah berjaya Kesultanan Aceh yang memiliki kekuatan yang tangguh beserta kebudayaan-kebudayaan yang dimiliki. Pada awalnya senjata tradisional Aceh sering digunakan untuk berburu atau untuk mempertahankan diri dari serangan binatang buas. Namun dalam perkembangannya, senjata tradisional ini digunakan untuk berperang melawan penjajah, yakni Portugis dan Belanda. Beberapa jenis senjata tradisional Aceh yang memiliki hubungan yang erat dengan sejarah Kesultanan Aceh adalah Rencong dan Peudeung. Dulu, Rencong sering digunakan pada masa pemerintahan Sultan Ali Mughayat Syah, yakni Sultan Pertama Aceh sebagai senjata untuk menikam lawan. Sedangkan Peudeung difungsikan sebagai senjata untuk mencincang atau mentetak lawan. Keduanya menjadi identitas kebudayaan yang melekat sejak abad ke-12 M. Pembuatan senjata tradisional Aceh juga tidak terlepas dari beberapa kebudayaan lain yang muncul yang menjadi inspirasi bagi masyarakat Aceh. Desain dari beberapa Rencong dan Peudeung juga terinspirasi dari senjata-senjata yang digunakan oleh Kesultanan Turki dan Kerajaan-kerajaan Islam lainnya. Selain itu, desain pedang juga dipadukan dengan desain khas Nusantara yang memiliki unsur Melayu yang kuat, sehingga menampilkan identitas Indonesia yang begitu melekat. Jenis Senjata Tradisional Aceh Lengkap Beserta Karakteristiknya Kebudayaan-kebudayaan yang diwariskan sejak zaman dulu akan memunculkan kebudayaan yang baru. Demikian senjata tradisional Aceh terus mengalami pertambahan budaya, sehingga menciptakan senjata tradisional yang baru. Berikut 10 jenis senjata tradisional Aceh beserta karakteristiknya 1. Rencong Sebagai senjata yang telah dipakai sejak zaman dulu oleh Kesultanan Aceh, Rencong memiliki karakteristik yang unik. Senjata Rencong memiliki ukuran yang kecil dengan bilah pisau yang tajam, sehingga praktis untuk difungsikan. Rencong milik Sultan dan Keluarga Bangsawan biasanya dibuat dari bahan emas dengan sarungnya dari gading. Sedangkan rencong untuk masyarakat umum dibuat dari bahan kuningan atau besi berwarna putih dengan sarungnya dibuat dari kayu. Baca Juga Senjata Tradisional Papua 2. Meupucok Senjata ini masih tergolong sebagai senjata rencong dengan beberapa modifikasi yang berbeda. Meupucok bercirikan pucuk pisau yang dihiasi dengan ukiran-ukiran yang dibuat dari emas yang ada di atas gagangnya. Biasanya senjata ini digunakan sebagai salah satu hiasan penting pada kegiatan-kegiatan resmi seperti acara adat atau pertunjukan kesenian. Meupucok biasanya memiliki besi yang tipis, panjang, dan runcing dengan gagang senjata yang melengkung. 3. Meucugek Sama seperti Meupucok, Meucugek juga masih merupakan jeni senjata Rencong yang sering digunakan. Kata Meucugek atau cugek ialah merujuk pada istilah perekat, yakni sebuah bahan yang berfungsi memudahkan bagi penggunanya untuk menikamkan senjata tersebut ke tubuh lawan/musuh. Baja Meucugek biasanya berwarna putih dengan ujung senjata yang sangat tajam yang efektif dalam menusuk lawan. Gagang pisaunya juga cukup tebal dan kuat untuk menahan tangan ketika menikam. 4. Meukuree Meukuree ialah salah satu jenis Rencong yang memiliki seni yang indah, yakni hiasan yang terlukis di sepanjang bajanya. Biasanya hiasan yang terlukis adalah berupa gambar lipan, bunga, ular, atau hiasan-hiasan menarik lainnya. Gagangnya biasanya berwarna hitam dengan bahan yang tebal dan melengkung sehingga nyaman untuk digunakan. Sarung Meukuree biasanya dibuat dari bahan tanduk kerbau yang kuat. Baca Juga Kapak Penetak 5. Pudoi Satu lagi senjata tradisional yang mirip dengan bentuk Rencong adalah Pudoi. Senjata ini disebut Pudoi karena memiliki ciri khas gagang pisau yang berukuran pendek dan lurus, yang mana dapat memberi kesan bahwa Rencong tersebut belum selesai. Istilah Pudoi sendiri digunakan pada sesuatu yang dirasa belum selesai atau sempurna. Namun, penggunaannya cukup mudah, karena ukurannya yang kecil sehingga terasa ringan untuk digunakan. 6. Siwah Siwah merupakan senjata tradisional Aceh langka yang mirip Rencong dengan tampilan yang lebih elegan. Bahan pembuat bajanya dan ganggangnya sama seperti Rencong dengan ujung baja yang sangat tajam dan sarung yang tebal. Seperti Rencong, Siwah digunakan sebagai senjata untuk menyerang dan menusuk lawan, yang mana senjata ini sering dipakai sebagai perlengkapan raja-raja. Untuk jenis Siwah yang diberi hiasan-hiasan yang terbuat dari bahan emas dan sarung serta gagang yang terbuat dari bahan permata hanya digunakan sebagai perhiasan saja. 7. Peudeung Peudeung merupakan senjata tradisional Aceh yang memiliki bentuk yang menyerupai pedang. Istilah Peudeung sendiri merupakan nama lain dari pedang dengan corak khas budaya Aceh. Senjata ini sering difungsikan sebagai senjata untuk menyerang, karena memiliki bilah baja yang tajam dan kuat. Peudeung sangat efektif untuk mencincang, menebas tubuh lawan, dan sebagai senjata untuk mengalihkan perhatian lawan. 8. Peudeung Tumpang Jingki Tumpang Jingki ialah salah satu jenis Peudeung yang memiliki ciri-ciri berupa mulut pedang yang terbuka sehingga terlihat unik dan langka sebagai salah satu jenis pedang. Peudeung Tumpang Jingki ini didesain secara sederhana dengan baja berwarna hitam dan gagang yang terbuat dari kayu. Karena memiliki komposisi baja yang padat, pedang ini lebih berat, sehingga serangan yang dihasilkan lebih keras. 9. Peudeung Ulee Meu-Apet Hampir sama dengan Peudeung Tumpang Jingki, Peudang Ulee Meu-Apet memiliki karakteristik berupa bilah baja yang panjang dan tajam, sehingga cocok untuk melibas lawan dari jarak yang lebih jauh. Selain itu sesuai dengan namanya, Apet berarti penahan gagang agar tidak lepas dari bajanya, sehingga pedang ini didesain memiliki badan yang cukup kuat untuk menghujam. Peudeung Ulee Meu-Apet sangat cocok difungsikan untuk menebas dan mencincang lawan dengan cepat. 10. Peudeung Ulee Tapak Guda Peudeung ini memiliki ciri-ciri berupa gagang yang mirip dengan telapak kuda. Gagang yang unik menjadi ciri khas yang menonjol pada pedang ini. Desainnya cukup sederhana dengan gagang, baja, dan sarung pedang yang sama dengan Peudeung lainnya. Peudeung Ulee Tapak Guda juga efektif digunakan untuk mencincang lawan. Baca Juga Senjata Tradisional Bali 11. Senjata-Senjata Tradisional Lainnya Selain berbagai senjata tradisional diatas, Aceh juga memiliki senjata tradisional lain yang dibuat lebih sederhana, seperti bambu runcing dan senjata lain yang menyerupai Rencong dan Peudeuh. Senjata-senjata tradisional yang baru dibentuk dari senjata-senjata tradisional lama yang telah ada terlebih dahulu, dan biasanya digunakan sebagai perlengkapan dalam acara resmi adat atau beberapa pertunjukan kesenian. Itulah sejarah dan jenis-jenis senjata tradisional Aceh yang dapat dipelajari. Munculnya senjata tradisional Aceh tidak terlepas dari masa kejayaan Kesultanan Aceh di masa lalu. Terdapat berbagai macam senjata tradisional Aceh yang sampai saat ini masih tetap lestari. Senjata-senjata tersebut memiliki corak Melayu, Nusantara, dan Aceh yang begitu melekat sehingga menjadi salah satu warisan kebudayaan Indonesia yang harus tetap dijaga. Senjata Tradisional Aceh Senjata Tradisional termasuk bagian dari setiap kebudayaan nusantara. Setiap provinsi mempunyai sejarah khas masing – masing. Senjata antar provinsi juga berbeda satu sama lain serta mempunyai nilai adat sesuai dengan norma budaya yang berlaku. Senjata Tradisional Indonesia sangat banyak, hampir setiap kota atau provinsi mempunyai jenis senjata adat yang berbeda beda. Namun, karena perkembangan teknologi banyak yang dilupakan dan tidak dipakai. Untuk Anda yang ingin mengetahui Senjata Tradisional 34 Provinsi yang ada di Indonesia, berikut sajikan untuk Anda. Senjata Tradisional 34 Provinsi dan Gambarnya1. Senjata Tradisional Bengkulu “Keris”.2. Senjata Tradisional Lampung “Terapang”.3. Senjata Tradisional Jambi “Badik Tumbuk Lada”.4. Senjata Tradisional Kepulauan Riau “Badik Tumbuk Lada”.5. Senjata Tradisional Sumatera Selatan “Trisula”.6. Senjata Adat Bangka Belitung “Siwar Panjang”.7. Senjata Adat Riau “Pedang Jenawi”.8. Senjata Tradisional Aceh “Rencong”.9. Senjata Adat Sumatera Utara “Piso Gaja Dombak”.10. Senjata Tradisional Sumatera Barat “Karih”.11. Senjata Tradisional DKI Jakarta “Golok”.12. Kujang dari Jawa Barat13. Senjata Adat Banten “Golok Ciomas”.14. Senjata Khas Jawa Tengah “Keris & Ketapel”.15. Senjata Asal Daerah Istimewa Yogyakarta “Keris”.16. Senjata Tradisional Jawa Timur “Celurit”.17. Senjata Tradisional Kalimantan Timur “Mandau”.18. Senjata Tradisional Kalimantan Barat “Dohong”.19. Senjata Tradisional Kalimantan Senjata Tradisional Kalimantan Tengah “Lonjo”.21. Senjata Tradisional Kalimantan Selatan “Talimpang”.22. Senjata Tradisional Nusa Tenggara Barat “Sumpit”.23. Senjata Tradisional Nusa Tenggara Timur “Sundu”.24. Senjata Tradisional Bali “Wedhung”.25. Senjata Tradisional Maluku Utara “Salawaku”.26. Senjata Tradisional Maluku “Tombak Kalawai”.27. Senjata Tradisional Papua “Panah”.28. Senjata Adat Papua Senjata Adat Sulawesi Utara “Pedang Bara Sangihe”.30. Sulawesi Selatan “badik lompo battang”.31. Senjata Adat Sulawesi Barat “badik lawu”.32. Senjata Adat Sulawesi Tenggara “Keris”.33. Senjata Adat Sulawesi Tengah “pasatimpo”.34. Senjata Tradisional Gorontalo. Senjata Tradisional 34 Provinsi dan Gambarnya Senjata Tradisional 34 Provinsi di Indonesia beserta gambar dan penjelasannya dapat Anda lihat secara lengkap berikut ini. 1. Senjata Tradisional Bengkulu “Keris”. Nama senjata tradisional Bengkulu adalah keris. Namun bentuk keris dari Bengkulu ini berbeda jauh dari karakter keris Jawa yang telah dikenal luas. Sekilas keris Bengkulu berbentuk seperti pisau, tetapi agak sedikit melengkung. Senjata adat ini juga tidak begitu panjang. Biasanya hanya sepanjang 13 ruas jari / sepanjang telapak kaki orang dewasa. Dahulu keris Bengkulu ini digunakan oleh kepala adat beserta hulu balangnya ketika perang, upacara adat dan dalam keadaan mendesak. Berdasarkan kepercayaan warga Bengkulu, siapa pun yang berperang menggunakan keris ini akan dianggap pemberani. Kini keris Bengkulu hanya digunakan pada upacara adat Bengkulu. 2. Senjata Tradisional Lampung “Terapang”. Nama senjata tradisional Lampung adalah Terapang. Bentuk dari terapang ini menyerupai dengan keris Jawa. Namun pada senjata adat ini mempunyai sebuah ciri khas yang sangat unik. Ciri khas dari terapang Lampung adalah memiliki bulu – bulu halus. Bulu – bulu halus yang terdapat pada Terapang terbuat dari kayu. Jika dilihat secara detail, bulu – kayu tersebut membentuk sebuah ukiran motif yang cukup apik dan artistik. Ada yang berbentuk burung, kepala orang dan lain – lain. Setiap bentuk ukiran pada Terapang Lampung mempunyai makna tersendiri. 3. Senjata Tradisional Jambi “Badik Tumbuk Lada”. Dari provinsi Jambi adalah Badik Tumbuk Lada. Bentuk dari senjata adat ini juga mirip dengan keris, namun mempunyai ukuran yang lebih pendek dan lebih kecil daripada senjata keris yang digunakan untuk perang pada umumnya. Untuk bentuk dari Badik Tumbuk Lada tidak selalu bergelombang seperti keris. Ada juga beberapa badik Tumbuk Lada Jambi yang berbentuk lurus. Pada bagian kepala terbuat dari material kayu ataupun tanduk hewan. Sedangkan pada pangkal senjata dari Jambi ini berbentuk menyerupai bulan sabit. Selain badik Tumbuk Lada, di provinsi Jambi juga terdapat beberapa senjata lainnya. Misalnya sejenis tombak, pedang ataupun sumpit. 4. Senjata Tradisional Kepulauan Riau “Badik Tumbuk Lada”. Pinterest Nama dari senjata adat dari Kepulauan Riau hampir sama dengan nama senjata adat Jambi. Senjata tersebut bernama Badik Tumbuk Lado. Meskipun mempunyai nama yang hampir sama dengan senjata Jambi, bentuk dari Badik Tumbuk Lado ini cukup berbeda dari Badik Tumbuk Lada. Bentuk dari senjata adat ini menyerupai belati. Ukuran panjang dari senjata Kepulauan Riau antara 27 cm – 29 cm. Sedangkan untuk lebar senjata adalah 3,5 cm – 4 cm. Biasanya yang memegang senjata adat ini adalah laki – laki. Fungsi dari Badik Tumbuk Lado adalah berburu dan melindungi diri, keluarga serta sanak saudara. Kini Badik Tumbuk Lado hanya sekedar digunakan aksesoris pada pakaian adat Kepulauan Riau laki – laki. 5. Senjata Tradisional Sumatera Selatan “Trisula”. Ada yang menarik dari senjata adat dari provinsi Sumatera Selatan. Dari beberapa jenis senjata dari Sumatera Selatan, ada sebuah senjata yang sangat unik. Senjata tersebut adalah trisula. Trisula ini merupakan sebuah tombak yang mempunyai mata 3. Tombak trisula Sumatera Selatan ini bukan merupakan tombak biasa. Karena bentuk dari tombak ini sama seperti senjata yang digunakan oleh Dewa Neptunus. Dewa Neptunus merupakan dewa air dalam mitologi Romawi kuno. Hal tersebut terlihat sangat jelas pada gambaran karakter Dewa Neptunus pada Spongebob Squarepants, Fairytale Disney Ariel dan lain – lain. Fungsi dari tombak trisula Sumatera Selatan tidak sama dengan tombak Dewa Neptunus yang dapat mengeluarkan petir. Melainkan hanya digunakan untuk menyerang dari kejauhan. Untuk bentuk dari ujung tombak trisula ini sama seperti dewa Neptunus. Pada bagian tengah lebih tinggi daripada kedua sisi dari mata tombak. Selain mitos mengenai tombak Dewa Neptunus, bentuk ujung mata tombak ini hampir sama dengan lafadz Allah pada huruf arab. 6. Senjata Adat Bangka Belitung “Siwar Panjang”. Bukalapak Senjata Tradisional Indonesia yang digunakan di provinsi Bangka Belitung adalah sejenis pedang. Pedang pada Bangka Belitung disebut dengan siwar panjang. Bentuk dari pedang ini panjang dan mempunyai ujung runcing. Pada ujung pedang yang runcing hanya pada satu sisi. Sementara sisi yang lain berbentuk lurus. Bagian dari gagang senjata melengkung. Pada bagian ujung gagang senjata, jika diperhatikan dengan seksama berbentuk menyerupai kepala burung. Selain itu, sarung / penutup dari siwar panjang juga sangat unik. Penutup tersebut berbentuk seperti tongkat biasa. Jika dilihat secara keseluruhan, pedang ini berupa seperti pedang biasa dengan ujung kepala burung. 7. Senjata Adat Riau “Pedang Jenawi”. riauberbagi Senjata Tradisional Riau terdapat sebuah jenis pedang yang digunakan oleh para panglima kerajaan untuk berperang. Senjata tersebut adalah pedang Jenawi. Pedang Jenawi Riau ini mempunyai bentuk yang sangat ramping dan lurus. Ciri lain dari pedang Jenawi Riau ini adalah memiliki sebuah tonjolan kecil pada bagian ujung gagang pedang. Panjang pedang ini umumnya mencapai ±1 meter. Bentuk dari penutup pedang Jenawi Riau adalah persegi panjang. Penutupnya juga mempunyai ukuran ramping sama seperti pedang Jenawi Riau tersebut. Selain pedang Jenawi, di provinsi Riau juga terdapat senjata lain. Tetapi hanya jenis senjata adat ini yang sangat khas akan budaya Riau. Sementara jenis senjata lain hampir sama dengan jenis senjata daerah lain. 8. Senjata Tradisional Aceh “Rencong”. Salah satu senjata dari provinsi Aceh yang terkenal adalah Rencong. Senjata khas Aceh yang satu ini adalah sejenis belati. Ciri khas dari rencong Aceh adalah kepemilikan atas senjata ini. Pada dasarnya, senjata tradisional Indonesia ini mempunyai sebuah kasta yang terbagi antara jenis material pada mata pisau. Kasta tertinggi dari rencong mempunyai material emas pada mata pisau. Untuk kasta rencong yang rendah terbuat dari kuningan ataupun besi putih. Kepemilikan dari rencong kasta tertinggi / emas adalah para raja. Sementara itu untuk rakyat biasa hanya diperbolehkan memiliki rencong kasta bawah / rencong besi. Baik rencong emas maupun rencong besi mempunyai ukuran panjang yang hampir sama yaitu mulai dari 10 cm – 50 cm. Bentuk mata pisau ini ada yang lurus dan ada pula yang melengkung. Bentuk dari rencong Aceh juga sangat unik. Sekilas senjata ini berbentuk seperti huruf L. Selain kasta, rencong ini juga terbagi atas bentuk dari ujung gagang. Ada yang ujung gagang berbentuk melengkung yang disebut dengan rencong Meuncugek. Sedangkan untuk rencong yang memiliki gagang kecil dan ujung gagang rencong besar disebut dengan rencong Meupucok. 9. Senjata Adat Sumatera Utara “Piso Gaja Dombak”. senjatatradisional Provinsi Sumatera Utara yang sangat identik dengan kebudayaan batak memiliki sebuah senjata tradisional Indonesia yang bernama Piso Gaja Dombak. Keunikan dari senjata ini terletak pada bagian tangkai. Tangkai dari Piso Gaja Dombak mempunyai suatu ukiran yang berbentuk seperti Gajah. Bagi suku batak, senjata ini dianggap sangat sakral. Sebab seluruh suku batak percaya bahwa senjata daerah ini mempunyai kekuatan supranatural. Hanya para raja – raja yang mempunyai senjata ini. Kemudian diwariskan secara turun temurun hingga kini. Sang pewaris juga selalu menjaga Piso Gaja Dombak dengan baik. Sehingga masih tetap utuh dan terlihat masih tajam. Dengan keberadaan dari senjata adat Indonesia ini, dapat mengetahui dengan mudah tentang latar belakang suatu keluarga. Jika dalam keluarga tersebut menyimpan senjata ini berarti mempunyai darah keturunan raja. 10. Senjata Tradisional Sumatera Barat “Karih”. Senjata yang berasal dari provinsi Sumatera Barat mempunyai nilai seni yang cukup tinggi. Senjata tersebut bernama karih. Senjata Karih Sumatera Barat merupakan sebuah senjata yang tergolong ke dalam belati. Nilai estetika dari karih Sumatera Barat ini terletak pada gagang belati dan juga penutupnya. Pada bagian ujung gagang karih terdapat ukiran yang tampak bersinar. Begitu pula dengan bagian bawah penutup karih yang juga terdapat ukiran. Dengan warna gagang dan penutup berwarna hitam, dipadukan dengan warna mata pisau yang putih terlihat sangat kontras. Hal ini menyebabkan senjata Karih Sumatera Barat ini sangat memesona. Bentuk dari karih ini biasanya melengkung mulai dari ujung mata pisau hingga bagian bawah gagang karih. Sehingga membentuk seperti bulan sabit. Pada ujung gagang mempunyai sebuah lingkaran. Senjata ini biasanya dimiliki oleh para raja Minangkabau. Dengan senjata ini, para raja Minangkabau dapat menjaga diri sendiri dari berbagai macam serangan yang mengancam nyawa. Senjata Tradisional Minangkabau “Kerambit” Senjata adat kerambit 11. Senjata Tradisional DKI Jakarta “Golok”. Senjata khas DKI Jakarta yang paling terkenal adalah golok. Dengan menjadi pusat Ibukota, kebudayaan Jakarta yang khas dengan Betawi mempunyai juga sangat populer. Walaupun keberadaan dari budaya Betawi sendiri cukup memprihatinkan. Budaya Betawi seolah tersisih dari kemodernisasian kota megapolitan. Budaya Betawi sendiri hanya terdapat pada suatu kompleks kampung wisata Betawi setu babakan. Di destinasi wisata tersebut dapat dijumpai golok yang merupakan senjata khas Betawi. Bentuk dari senjata ini sangat sederhana jika dibandingkan dengan senjata dari berbagai macam suku lainnya. Golok Jakarta tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek, hanya sekitar ±50 cm. Dahulu setiap orang Betawi pasti mempunyai sebuah golok minimal 1 buah golok dalam satu rumah. Fungsi dari golok pun hanya sebagai perlindungan diri. Kini golok hanya dijadikan sebagai aksesoris pada pakaian tradisional adat Betawi. Terkadang, golok Betawi juga digunakan pada suatu pertunjukan seni tradisional, seni bela diri dan modern. 12. Kujang dari Jawa Barat tokopedia Senjata dari Jawa Barat juga mempunyai nilai estetika tinggi sama seperti senjata dari provinsi Sumatera Barat, Karih. Sedangkan senjata di Jawa Barat bernama Kujang. Kujang Jawa Barat termasuk ke dalam jenis pisau belati. Bentuk dari Kujang sangat unik menyerupai simbol api pada sebuah mitologi kuno. Simbol api juga sering dijumpai pada beberapa anime, film China, Korea hingga Hollywood. Selain bentuk Kujang Jawa Barat yang unik, tekstur mata pisau sangat estetis. Karena sebelah bagian terdapat suatu ukiran dan bagian yang lain polos. Ukiran pada mata pisau menyerupai dengan motif batik. Lalu juga terdapat beberapa lubang hitam. Sementara untuk sarung kujang Jawa Barat sangat sederhana. Hanya terbuat dari sebuah material yang mempunyai karakteristik seperti kain. Biasanya berwarna hitam. Senjata Kujang Jawa Barat ini biasanya hanya digunakan sebagai aksesoris pakaian adat ataupun hanya sekedar koleksi. 13. Senjata Adat Banten “Golok Ciomas”. youtube Senjata dari provinsi Banten cukup unik, namun mempunyai kesan yang sedikit menyeramkan. Senjata tersebut adalah golok ciomas Banten. Sekilas golok ini mempunyai bentuk seperti Kujang. Tetapi pada golok ciomas tidak terdapat kesan estetika apapun. Tekstur pada mata pisau sangat tidak teratur dan terasa bergelombang ketika dipegang. Hal inilah yang menjadikan golok ciomas mempunyai kesan sedikit menyeramkan. Menurut kepercayaan warga setempat, golok ciomas tersebut memang mempunyai aura mistik yang sangat kuat. Pada bagian sisi golok ciomas tersebut terdapat beberapa lubang. Pada salah satu sisi golok ciomas hanya terdapat sebuah lubang. Lubang itulah yang menyerupai mata. Sekilas bagian ujung golok ciomas berbentuk seperti kepala hewan yang mempunyai paruh runcing. Golok Ciomas ini mempunyai 2 buah jenis ukuran, yaitu besar dan kecil. Pada masa kolonial golok ciomas ini digunakan sebagai senjata untuk mengusir bangsa Belanda. Oleh karena itu ketajaman dari golok ciomas ini tidak perlu diragukan lagi. 14. Senjata Khas Jawa Tengah “Keris & Ketapel”. Salah satu senjata tradisional Jawa tengah yaitu ketapel. Dalam bahasa Jawa disebut dengan plinteng. Senjata tradisional Indonesia ini adalah salah satu senjata yang masih secara bebas digunakan hingga kini. Umumnya sering digunakan oleh anak – anak untuk bermain. Bahkan di beberapa lapak dan toko mainan menjual ketapel / plinteng ini. Senjata ini hanya berupa ranting pohon kecil yang bercabang 2. Pada masing – masing kedua sisi cabang ranting diikatkan dengan karet. Lalu kedua ujung karet yang tidak terikat digabung dengan potongan ban bekas maupun kulit hewan. Penggunaan ketapel / plinteng ini bukan hanya di kalangan anak – anak. Tetapi orang dewasa pun juga sering kali menggunakan senjata ini untuk berburu, biasanya berburu burung. Plinteng Jawa Tengah, termasuk ke dalam jajaran senjata yang sangat aman dan tidak berbahaya. Selain itu juga tidak mempunyai aura mistik apapun. Sehingga semua orang tanpa terkecuali diperbolehkan untuk memiliki serta menggunakan senjata ini. 15. Senjata Asal Daerah Istimewa Yogyakarta “Keris”. sobatjogja Yogyakarta mempunyai kebudayaan keraton yang masih bertahan hingga kini. Untuk senjata khas keraton adalah keris. Ada berbagai macam keris Jawa mulai dari yang kecil hingga besar. Senjata ini dianggap sangat keramat. Biasanya setiap keris dianggap mempunyai suatu jiwa yang berupa golongan jin. Konon sebagian besar orang yang membuat keris mempunyai kekuatan spiritual yang tinggi. Orang yang membuat keris disebut dengan empu. Fungsi keris dari dahulu hingga kini adalah sama, begitu pula dengan cara perawatannya. Keris dapat menjadi benteng / perlindungan diri sendiri dari segala bahaya. Lalu keris juga dapat dijadikan sebagai aksesoris pakaian adat laki – laki. Setiap keris mempunyai nama tersendiri. Untuk cara perawatan keris harus dilakukan secara intensif. Setiap hari Jumat harus dimandikan dengan bunga / mandi kembang. Penyimpanan keris juga harus diperhatikan dan tidak boleh sembarangan. Tempat penyimpanan terbaik untuk keris adalah sebuah peti atau lemari. 16. Senjata Tradisional Jawa Timur “Celurit”. imgrum Selanjutnya adalah Senjata Tradisional Indonesia yang berasal dari provinsi Jawa Timur, bentuknya sangat unik. Senjata tersebut berbentuk seperti sabit yang merupakan salah satu alat pertanian. Nama dari senjata ini adalah celurit. Walaupun berbentuk seperti sabit, ada hal yang membedakan antara senjata celurit dan sabit. Untuk senjata tradisional Jawa Timur mempunyai bentuk yang lebih ramping dan mempunyai ujung yang lebih runcing. Celurit juga sangat tajam daripada sabit. Senjata ini juga dilengkapi dengan sarung atau penutup. Pada penutup celurit terdapat sebuah ukiran, ada yang sederhana dan ada pula ukiran yang mempunyai nilai estetika tinggi. Pada bagian ganggang senjata ini terbuat dari material kayu. Sedangkan untuk mata pisaunya terbuat dari material logam besi maupun baja. 17. Senjata Tradisional Kalimantan Timur “Mandau”. Jenis Senjata tradisional yang paling terkenal dari provinsi Kalimantan Timur adalah Mandau. Senjata ini berbentuk pedang, namun diyakini mempunyai kekuatan gaib. Ciri khas dari Mandau Kalimantan Timur terletak pada gagang pedang. Pada ujung bawah gagang pedang terdapat ukiran yang berupa hiasan burung Enggang. Lalu pada ukiran tersebut terdapat rambut manusia asli. Bentuk dari mata pedang terlihat ramping pada bagian bawah. Namun pada bagian tengah dan ujung mata pedang jauh lebih besar. Pada satu sisi pedang terdapat sebuah ukiran yang juga dihiasi dengan lubang – lubang. Untuk sarung pedang memiliki sebuah tali untuk mengikat pedang ke tubuh. Pedang Mandau terdapat 2 buah jenis, yaitu Mandau biasa dan Mandau Tampilan. Untuk pedang Mandau biasa digunakan dalam sehari – hari, baik itu berburu maupun aktivitas rutin lainnya. Sedangkan untuk pedang Mandau Tampilan digunakan sebagai senjata perang dan upacara adat. 18. Senjata Tradisional Kalimantan Barat “Dohong”. google Di provinsi Kalimantan Barat mempunyai sebuah senjata yang sangat kuno, yaitu Dohong. Senjata ini tergolong ke dalam jenis pisau belati. Tetapi Dohong Kalimantan Barat ini mempunyai bentuk unik. Sekilas bentuk dari Dohong Kalimantan Barat sangat mirip dengan ujung mata tombak. Keunikan lain dari Senjata Tradisional Kalimantan Barat ini masih dipergunakan hingga kini. Dahulu Dohong Kalimantan Barat digunakan untuk perang, berburu, memotong tali pusar dan aktivitas adat lainnya. Kini Dohong hanya digunakan untuk menyembelih hewan dan upacara adat ataupun hanya sekedar koleksi. Hanya kepala suku yang dapat memiliki Dohong ini. Kepala suku tersebut mempunyai sebutan sebagai pirus. 19. Senjata Tradisional Kalimantan Utara. AsyraafAhmadi Di provinsi Kalimantan Utara mempunyai suatu senjata jarak jauh yang sangat terkenal dan khas. Senjata tersebut adalah sumpit, senjata ini sangat identik dengan budaya suku Dayak Kalimantan Utara. Cara menggunakan senjata ini adalah memasukkan peluru terlebih dahulu pada ujung sumpit, lalu diarahkan ke target dan ditiup. Bentuk dari sumpit Kalimantan Utara seperti seruling yaitu silinder bulat yang ramping. Tetapi untuk senjata ini jauh lebih panjang daripada seruling. Panjang dari sumpit Kalimantan Utara sebesar 1,5 m – 2 m. Senjata sumpit Kalimantan Utara ini memiliki ketepatan yang sangat akurat. Lalu untuk jarak dari tembakan sumpit dapat mencapai ±200 m. Ketika digunakan, senjata ini tidak akan menimbulkan suara apapun. Sehingga sumpit ini sangat baik digunakan untuk berburu. Untuk masyarakat Dayak Kalimantan Utara sendiri juga masih menggunakan sumpit untuk berburu di hutan. Selain untuk berburu, terkadang senjata ini dijadikan sebagai mas kawin. 20. Senjata Tradisional Kalimantan Tengah “Lonjo”. twitter Provinsi Kalimantan Tengah sangat identik dengan senjata jarak jauh. Senjata tersebut bernama Lonjo. Senjata jenis tombak ini adalah senjata yang cukup mematikan. Untuk tombak dari Kalimantan Tengah ini cukup istimewa. Karena senjata ini mempunyai dual fungsi. Untuk mata tombak sangat tajam. Biasanya digunakan sebagai senjata perburuan jarak dekat. Masyarakat Dayak Kalimantan Tengah sendiri biasanya melapisi ujung tombak dengan racun yang diambil dari pelepah pohon. Musuh pun dapat dengan muda dilumpuhkan. Pada gagang tombak, telah dilengkapi dengan sebuah tangkai panjang yang berlubang dan dapat dilepas. Tangkai tersebut mempunyai fungsi khusus ketika dilepas, yaitu dapat digunakan pula sebagai sumpit. Karena itulah senjata ini merupakan salah satu dari senjata dual fungsi. Tombak Lonjo untuk senjata jarak dekat. Sedangkan sumpit sebagai senjata jarak jauh. 21. Senjata Tradisional Kalimantan Selatan “Talimpang”. Untuk jenis senjata dari provinsi Kalimantan Selatan ini bukan merupakan senjata yang dapat digunakan untuk berperang. Namun hanya digunakan untuk melindungi diri pada saat perang. Senjata ini bernama talimpang. Material yang digunakan untuk dalam pembuatan perisai talimpang Kalimantan Selatan ini adalah kayu biasa yang tidak terlalu berat dan cukup ringan. Tetapi sangat kuat untuk menangkis berbagai macam serangan. Perisai Telawang ini juga sangat awet dan dapat bertahan selama beberapa abad / ratusan tahun. Panjang dari perisai ini sekitar 1 m – 1,5 m. Sedangkan untuk lebar perisai adalah 30 – 50 cm. Lalu perisai ini mempunyai ukiran – ukiran yang sangat apik dan khas akan budaya Dayak. Motif yang biasanya dijadikan sebagai ukiran perisai adalah hewan mitologi dari kebudayaan Dayak, seperti burung tingang. 22. Senjata Tradisional Nusa Tenggara Barat “Sumpit”. TheMoonDoggies Untuk Senjata adat Nusa Tenggara Barat ini hampir sama dengan sumpit Kalimantan Utara yaitu penggunaannya dengan cara ditiup. Tetapi untuk senjata dari Nusa Tenggara Barat ini mempunyai ukuran yang lebih kecil. Senjata ini bernama Tulup. Material yang digunakan dalam pembuatan Tulup Nusa Tenggara Barat adalah kayu pohon meranti. Kemudian, pada bagian tengah dilubangi. Dahulu senjata Tulup ini digunakan untuk berburu. Bahkan sekarang pun juga masih menjadi senjata yang ampuh untuk berburu. Karena sebagian besar penduduk Nusa Tenggara Barat masih mempertahankan cara bertahan hidup tradisional, yaitu dengan berburu di hutan maupun sungai. Peluru yang biasanya digunakan seperti lidi atau ranting pohon yang tajam, pelepah pohon enau yang bentuknya seperti mata panah dan lain – lain. Pada peluru biasanya dilapisi dengan racun alami. Racun tersebut dibuat dari pelepah pohon tatar. 23. Senjata Tradisional Nusa Tenggara Timur “Sundu”. Perpustakaan Digital Budaya Indonesia Nusa Tenggara Timur mempunyai sebuah senjata keris yang disebut dengan Sundu. Walaupun termasuk ke dalam jenis keris, perbedaan antara sundu dengan keris sendiri sangat mencolok. Nampak terlihat dari mata pisaunya. Mata pisau dari Sundu adalah lurus dan melengkung. Pada mata pisau dan penutup terdapat ukiran yang merupakan ciri khas budaya daerah Nusa Tenggara Timur. Motif ukiran yang terdapat pada mata pisau biasanya menggunakan motif burung. Senjata ini termasuk ke dalam jajaran senjata nusantara yang sangat dianggap sakral. Penyimpanan dan kepemilikan dari senjata ini juga mempunyai aturan tersendiri. 24. Senjata Tradisional Bali “Wedhung”. Ada beberapa senjata nusantara tradisional yang sama, yaitu wedhung. Senjata ini terdapat 2 jenis yaitu wedhung Bali dan wedhung Cirebon. Senjata ini tergolong ke dalam jenis belati. Bentuk dari wedhung Bali dan wedhung Cirebon sangat mirip. Untuk membedakan antara kedua wedhung ini adalah mata pisaunya. Mata pisau dari wedhung Cirebon tidak ada dan terkesan cukup polos. Sedangkan untuk mata pisau dari wedhung Bali mempunyai motif – motif yang sangat apik. Material dari wedhung ini terbuat dari logam. Sedangkan untuk sarung / penutupnya terbuat dari kayu. 25. Senjata Tradisional Maluku Utara “Salawaku”. Provinsi Maluku Utara mempunyai senjata adat bernama Parang dan Salawaku. Untuk Parang adalah senjata pedang. Hal yang istimewa dari Parang adalah ukurannya. Karena ukurannya itu, Parang Maluku Utara ini tidak dapat dikategorikan sebagai pedang. Tetapi juga bukan termasuk ke dalam belati. Panjang dari pedang ini sekitar 90 cm – 100 cm. Sedangkan salawaku adalah perisai. Desain dari salawaku cukup apik, sebab mempunyai hiasan yang cantik. Motif hiasan tersebut juga bukan ukiran, melainkan ditempel. Biasanya memanfaatkan kerang. 26. Senjata Tradisional Maluku “Tombak Kalawai”. Salah satu senjata yang berasal dari provinsi Maluku sangat unik adalah tombak Kalawai. Mata tombak dari Kalawai ini sama seperti tombak trisula yang mempunyai 3 mata pisau. Walaupun mempunyai 3 buah mata pisau, namun susunan dari tombak ini tidak sama seperti tombak trisula maupun tombak Dewa Neptunus. Melainkan berbentuk seperti kurungan. Fungsi dari senjata adat ini untuk berburu di sungai. Senjata khas dari provinsi Maluku ini juga terdapat pada Maluku Utara. Sebab kedua provinsi tersebut masih termasuk ke dalam satu wilayah. Kebudayaan adat istiadatnya juga sama. 27. Senjata Tradisional Papua “Panah”. RomaDecade Papua mempunyai Senjata adat yang disebut dengan busur dan panah. Untuk busurnya ada yang istimewa. Karena mempunyai 5 buah lubang panah. Jadi dalam sekali memanah dapat langsung menggunakan 5 buah panah. Panah pada senjata adat ini terbuat dari bambu. Sedangkan untuk busurnya terbuat dari pohon rotan. Senjata ini digunakan untuk berburu dan berperang. Senjata ini juga masih digunakan hingga kini. Hampir sama dengan senjata lainnya. Pada ujung mata panah senjata ini juga diolesi dengan racun. Racun yang digunakan diambil dari getah pohon sembaru. 28. Senjata Adat Papua Barat. Untuk Senjata dari provinsi Papua Barat sangat identik dengan budaya khas Papua. Senjata adat ini adalah sejenis belati. Bentuk dari belati ini juga sangat unik. Sayangnya penduduk dari Papua tidak memberikan nama khusus bagi senjata etnik ini. Pembuatan dari senjata ini sepenuhnya menggunakan burung kasuari. Spesies dari burung kasuari merupakan salah satu hewan yang mempunyai habitat asli di wilayah Papua. Tulang aki burung ini digunakan sebagai mata pisau. Sedangkan untuk bulunya digunakan sebagai hiasan pada gagang pisau. Dengan hiasan bulu burung kasuari, belati ini terkesan sangat etnik dan khas dengan Papua Barat. Di Papua Barat juga memanfaatkan burung kasuari untuk berbagai macam keperluan adat, baik senjata maupun pakaian hingga aksesoris. 29. Senjata Adat Sulawesi Utara “Pedang Bara Sangihe”. Ada sebuah senjata dari provinsi Sulawesi Utara yang memiliki bentuk unik. Senjata adat ini disebut dengan Pedang Bara Sangihe. Pedang ini berasal dari suku Sangihe. Bentuk dari pedang ini sangat unik. Pada kedua ujung pedang bercabang 2, baik pada bagian gagang dan mata pisaunya. Tepat pada bagian tengah cabang mata pisau mempunyai sebuah lubang. Selain mempunyai bentuk yang unik, pedang ini juga sangat istimewa. Karena salah satu pahlawan nasional menggunakan pedang ini untuk melawan penjajah. Pahlawan tersebut adalah Hengkeng U Nang. 30. Sulawesi Selatan “badik lompo battang”. duniakesenian Senjata tradisional 34 Provinsi di Indonesia yang sangat artistik juga terdapat pada provinsi Sulawesi Selatan. Senjata tersebut adalah badik lompo battang. Untuk nama dari senjata ini diambil dari bahasa Bugis, yang berarti perut. Sedangkan arti dari Badik sendiri adalah senjata. Badik Lompo Battang Sulawesi Selatan ini termasuk ke dalam jenis belati. Senjata dari Sulawesi Selatan ini mempunyai bentuk yang sangat unik. Dari semua jenis senjata khas nusantara lainnya, hanya senjata ini yang mempunyai nilai artistik yang paling tinggi. Hal dapat terlihat dari hiasan batik Lompo Battang, baik pada pegangan hingga penutup badik. Pada penutup batik terdapat ukiran dengan berbagai macam motif, biasanya menggunakan motif tumbuhan. Lalu juga terdapat hiasan yang seperti diamond. 31. Senjata Adat Sulawesi Barat “badik lawu”. senjatatradisionalindonesia Nama Senjata dari provinsi Sulawesi Barat ini juga disebut dengan Badik. Namun nama dari Badik ini adalah badik lawu. Bentuk dari Badik lawu hampir sama dengan Badik Lompo Battang. Hanya saja pada bagian ujung gagang badik lawu adalah runcing, namun sedikit oval. Sedangkan bentuk dari Badik lawu adalah pipih. Penutup atau sarung dari Badik ini sangat polos. Tetapi pada ujung bawah penutup mempunyai sebuah ukiran yang sangat khas. Untuk badik ini mempunyai sebuah mitos yang sangat aneh. Keyakinan akan mitos tersebut termasuk ke dalam kategori kekerasan. Walaupun sebagian besar penduduk Sulawesi Barat masih mempercayainya, namun mitos tersebut kini dicekal. 32. Senjata Adat Sulawesi Tenggara “Keris”. Di Sulawesi Tenggara juga terdapat senjata yang berupa keris. Bentuk dari keris Sulawesi Tenggara dan Jawa adalah sama, yaitu lurus dan bergelombang. Nama dari keris ini adalah kawali. Pada keris Sulawesi Tenggara ini mempunyai suatu keunikan yang berupa aturan – aturan dalam pembuatan keris. Jumlah dari lengkungan keris harus berjumlah ganjil. Material pembuatan keris juga bukan merupakan material logam biasa dan sangat istimewa. Kawali dibuat dengan batu meteor yang telah mengeras. Untuk itu, keris ini tidak akan terdeteksi oleh metal detektor. 33. Senjata Adat Sulawesi Tengah “pasatimpo”. Senjata yang satu ini tidak disebut dengan Badik. Karena senjata ini tidak tergolong ke dalam jenis belati, melainkan pedang. Senjata ini adalah pasatimpo, untuk bentuk dari pedang pasatimpo sangat mirip dengan bentuk badik lainnya. Hanya saja mempunyai ukuran yang lebih panjang Pada bagian penutup / sarung pedang terdapat tali panjang. Bentuk dari pedang ini sangat polos. Fungsi dari pedang pasatimpo pada dahulu digunakan untuk berperang serta memotong hewan. Kini pedang tersebut hanya berfungsi sebagai aksesoris pakaian adat Sulawesi Tenggara. 34. Senjata Tradisional Gorontalo. warisanbudaya Untuk senjata dari Gorontalo sangat unik. Senjata ini tergolong ke dalam jenis pedang. Tetapi mempunyai bentuk yang jauh dari bentuk pedang pada umumnya. Biasanya mata pedang mempunyai ujung yang runcing, baik pada salah satu atau kedua sisinya. Berbeda halnya dengan pedang dari Gorontalo yang disebut dengan Wamilo. Ujung dari mata pedang Wamilo adalah pipih. Meskipun pipih, tetapi pedang wamilo sangat tajam. Selain berbentuk pipih, bentuk dari pedang ini juga sangat unik. Sekilas pedang walimo terlihat sangat polos. Tetapi jika dipegang dan diperhatikan dari dekat, bagian penutup pedang ini mempunyai ukiran. Itulah daftar dari senjata tradisional 34 Provinsi di Indonesia. Dengan faktor dinamika kebudayaan, fungsi dari senjata tersebut telah bergeser. Bahkan hampir tidak dipergunakan sama sekali dan hanya sekedar dijadikan sebagai aksesoris maupun bahan koleksi. Sebagai bagian dari khazanah kekayaan Indonesia, Aceh juga memiliki pakaian adat yang cantiknya luar biasa. Baju ini namanya Ulee Balang, yang ternyata memadukan budaya Melayu, Islam, dan Cina. Nah, seperti apa sih pakaian adat Aceh ini? Buat kamu yang penasaran, yuk dibaca ulasan yang menarik berikut ini. Happy reading, guys! Jenis Pakaian Adat AcehA. Linta Baro Baju Adat Pria1. Meukasah2. Sileuweu3. Meukeutop4. RencongB. Daro Baro Baju Adat Wanita1. Baju Kurung2. Celana Cekak Musang3. KerudungPerhiasanA. Perhiasan Laki-laki Aceh1. Taloe JeuemB. Perhiasan Perempuan Aceh1. Mahkota Patam Dhoe2. Anting-anting Subang3. Kalung Taloe Tokoe Bieung Meuih4. Bros Keureusang5. Lempengan Dada Simplah6. Gelang Tangan Ikay7. Cincin Euncien Pinto8. Gelang Kaki Gleung Goki Sumber gambar Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam memiliki baju adat daerah yang dinamakan Ulee Balang. Meskipun sama-sama dikenakan oleh pria dan wanita, baju Ulee Balang ini dibedakan lagi nama dan jenisnya. Ulee Balang yang dipakai kaum pria dinamakan Linta Baro, sedangkan untuk yang dipakai oleh perempuan disebut dengan Daro Baro. A. Linta Baro Baju Adat Pria Sumber gambar Baju adat Linta Baro atau Peukayan Linta Baro adalah pakaian yang khusus dikenakan oleh para pria. Pada jaman dulu, biasanya busana ini dipakai untuk kepentingan acara kerajaan dan untuk upacara adat dari kerajaan besar di Aceh, yaitu Kerajaan Perlak dan Kesultanan Samudra Pasai. Pakaian adat Linta Baro dibagi menjad 3 bagian, yakni bagian atas, bagian tengah, dan bagian bawah, lengkap dengan senjata tradisional nya. 1. Meukasah Sumber gambar Meukasah adalah salah satu bagian penting dari baju adat Linta Baro. Baju atasan dengan lengan panjang ini ditenun dari bahan benang sutra. Biasanya, warna yang digunakan untuk Meukasah ini adalah warna hitam, sebab masyarakat setempat meyakini warna hitam adalah simbol kebesaran. Pada bagian kerah Meukasah dibuat tertutup, serta dilengkapi dengan sulaman yang dijahit memakai benang emas sampai ke depan dada. Walaupun budaya Islam dan Melayu cukup dominan dan kental dalam pakaian ini, sentuhan budaya Cina ternyata juga sedikit melekat di dalamnya. Hal ini tidak lepas dari sejarah Aceh, yang dulunya masuk dalam jalur perdagangan Tiongkok. 2. Sileuweu Sumber gambar Selain disebut dengan istilah Sileuweu, bagian ini juga sering disebut dengan nama celana Cekak Musang kaum laki-laki Aceh. Sileuweu sendiri dalam Bahasa Aceh berarti celana, yakni celana panjang untuk baju adat Linta Baro yang umumnya berwarna hitam. Celana panjang ini jika dipakai akan terasa halus, sebab dibuat menggunakan bahan tenun kain katun. Di sisi bawah celana ini, style nya dibuat dengan model melebar. Ada juga pola hiasan berbentuk sulaman yang tampak indah di bagian bawahnya, yang disulam menggunakan benang emas. Nah, saat memakainya, pakaian kaum pria Aceh ini akan dilengkapi juga dengan kain sarung songket, yang dibuat dari bahan sutra. Secarik kain yang disebut dengan istilah Ija Lamgugap ini, dipakai dengan cara diikat pada pinggang. Sarung Songket itu adalah kain yang wajib dipakai apabila mengenakan Sileweu, karena dianggap bisa menampilkan wibawa oleh pemakainya. Kain sarung songket ini rata-rata panjangnya dari pinggang, lalu dipakai hingga ke atas lutut sekiar 10 centimeter. Selain disebut dengan nama Ija Lamgugap, kadang kain sarung songket ini juga dinamakan dengan Ija Krong atau Ija Sangket. 3. Meukeutop Sumber gambar Bagian terakhir yang harus dipakai juga dalam berpenampilan baju adat Aceh adalah dengan mengenakan Meukotop. Meukotop adalah penutup kepala atau kopiah, yang bentuknya lonjong ke atas. Sebagai hiasan, Meukotop didesain dengan sebuah lilitan atau bungkus yang dikenal dengan nama Tengkulok. Bungkusan ini dibuat dari bahan kain tenun sutra, yang dibuat membentuk pola bintang persegi delapan yang dibuat dengan material emas atau kuningan. Tak hanya dipakai sebagai penutup kepala, Meukotop ini juga difungsikan sebagai mahkota untuk kaum pria Aceh. Karenanya, dalam kopiah Meukotop juga terdapat beberapa makna penting bagi rakyat Aceh, yang mencakup makna hukum, makna adat, makna kanun, dan makna reusam. Desain pembuatan Meukotop sangat dipengaruhi kebudayaan Islam, yang sekaligus sebagai bukti bahwa ajaran Islam punya andil besar dalam perkembangan budaya Aceh. Penutup kepala ini memilki lima kombinasi warna yang berbeda-beda, dari merah, putih, kuning, hijau, dan hitam. Pemakaian lima warna ini memiliki filosofi dan arti tersendiri, yakni sebagai berikut. Warna merah mencerminkan sifat kepahlawanan. Warna putih mencerminkan lambang kesucian. Warna kuning mengandung makna kesultanan. Warna hijau melambangkan agama Islam. Warna hitam mengandung makna ketegasan. 4. Rencong Sumber gambar Untuk melengkapi pakaian adat Linta Baro ini, dikenakan juga senjata Rencong, yang merupakan senjata khas Aceh. Senjata ini merupakan cermin bagi identitas pertahanan sekaligus keberanian rakyat Aceh. Senjata yang juga dikenal dengan nama Siwah ini adalah senjata tradisional yang bagian kepalanya dibuat dari emas atau perak. Sebagai hiasan, sebuah batu permata biasanya juga terdapat pada senjata itu sekaligus juga terdapat ukiran kutipan ayat-ayat Al Qur’an. Rencong sendiri merupakan senjata sejenis belati yang bentuknya menyerupai huruf L. Umumnya, Rncong ini akan diletakkan menyelip di lipatan sarung pinggang, dengan pegangannya akan menonjol keluar layaknya keris-keris dari tanah Jawa. Dulunya, senjata tradisional ini hanya diperuntukkan para pejabat kerajaan dan sultan saja. Rakyat biasa juga boleh memakai rencong, hanya bagian kepalanya dibuat dari bahan tanduk hewan. Mata belati senjata ini dikenal sangat tajam, karena dibuat dari bahan kuningan atau besi dengan warna putih yang diasah hingga tajam. B. Daro Baro Baju Adat Wanita Sumber gambar Baju adat Daro Baro atau Peukayon Daro Baro adalah pakaian yang khusus dikenakan oleh para perempuan. Berbeda dengan baju adat Linta Baro yang dominan hitam, Daro Baro jusru punya warna yang variatif, misalnya merang, kuning, hijau, dan ungu. Tak hanya itu, beragam aksesoris dan perhiasan juga melengkapi pakaian adat asal Aceh ini. Walaupun punya perbedaaan yang cukup mencolok dengan Linta Baro, nyatanya Daro Baro juga dibagi menjadi 3 bagian, dari atasan, tengah, dan bawahan. Selain itu, pakaian adat Daro Bajo juga memiliki corak yang sedikit banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Islam bercampur Melayu. 1. Baju Kurung Sumber gambar Baju Kurung adalah bagian Daro Bar yang menjadi atasan, yang modelnya mendapat pengaruh dari percampuran kebudayaan Melayu, Arab, dan Cina. Makanya, tidak mengherankan jika ukurannya dibuat longgar, supaya bisa menutup pinggul serta seluruh lekuk tubuh perempuan serta auratnya. Bagian lengannya juga dibuat panjang, sehingga baju ini juga menutup sempurna daerah lengan. Tak ketinggalan juga, di leher ada kerah, dan di sisi depannya juga ada Boh Dokma, yakni perhiasan khas Aceh untuk para perempuan yang desainnya memukau. Sejak dari dulu, bahan Baju Kurung diambil dari benang sutra tenun yang memiliki corak yang terbuat dari benang emas. Sama seperti Lita Baro,pemakaian busana adat Baju Kurung juga dilengkapi dengan kain songket dari Aceh. Kain Songket yang dinamakan Ija Krong Sungket ini, dipakai secara melilit di pinggang, sehingga akan menutup daerah pinggul. Untuk melengkapinya, ada sebuah tali pinggang yang dibuat dari bahan emas atau perak, yang dipakai untuk mengikat sisi bawah baju. Nah, tali pinggang ini disebut dengan istilah Taloe Ki Leng Patah Sikureueng, yang artinya adalah tali pinggang patah sembilan. 2. Celana Cekak Musang Sumber gambar Celana Cekak Musang yang dikenakan para perempuan Aceh, bentuknya tak jauh beda dengan celana Sileuweu yang dipakai pada pakaian adat Linta Baro. Dengan demikian, celana Cekak Musang ini juga memiliki bentuk yang di buat melebar ke arah bawah. Namun, berbeda dengan warna celana Sileuweu yang cenderung hitam, celana ini warnanya cerah, mengikuti warna Baju Kurung yang dipakai. Untuk melengkapinya, celana ini juga dipadukan dengan sarung tentun yang memanjang dari pinggang ke lutut. Untuk mempercantik penampilannya, di bagian pergelangan kaki ada hiasan juga, yang bentuknya berupa sulaman yang dibuat memakai benang emas. Nah, wanita-wanita Aceh seringkali menampilkan tarian adat khas Aceh dengan memakai celana Cekak Musang ini juga, misalkan pada pertunjukan Tari Saman. 3. Kerudung Sumber gambar Sesuai dengan julukan Provinsi Nanggore Aceh Darussalam yang disebut sebagai bumi Serambi Mekah, sebisa mungkin pakaian adat wanita juga bisa menutup seluruh auratnya, mencakup bagian kepala. Nah, berhubung bagian rambut wanita adalah termasuk aurat yang dilarang untuk dilihat selain mahram, maka perempuan Aceh juga harus memakai kerudung sesuai syariat. Biasanya, kerudung ini akan dipakai dengan berbagai perhiasan yang disebut Patam Dhoe. Perhiasan A. Perhiasan Laki-laki Aceh 1. Taloe Jeuem Sumber gambar Taloe Jeuem adalah seuntai tali jam yang dibuat dari bahan perak sepuh emas. Tali ini bentuknya menyerupai cincin-cincin kecil yang dirangkai membentuk rantai, yang dikombinasikan dengan hiasan berbentuk 2 buah ikan dan 1 kunci. Di kedua ujungnya, dilengkapi dengan pengait yang membentuk angka 8. Toloe Jeuem ini adalah pelengkap bagi pakaian adat Aceh, yang dikaitkan pada baju laki-laki. B. Perhiasan Perempuan Aceh 1. Mahkota Patam Dhoe Sumber gambar Baju Daro Baro tak lengkap rasanya jika dikenakan tanpa perhiasan-perhiasan yang bentuknya cukup beragam. Misalnya saja, ada perhiasan berbentuk mahkota, yang dinamakan Patam Dhoe. Di tengah-tengah Patam Dhoe ini dilengkapi dengan sebuah ukiran cantik yang bentuknya mirip dengan daun sulur. Biasanya, perhiasan Patam Dhoe ini bagian kiri dan kannya dibuat mirip dengan corak-corak pohon, daun, dan bunga, serta dibuat dari bahan emas. Di bagian tengahnya pula, bisanya juga dilengkapi dengan kombinasi ukiran yang dikenal dengan istilah Bungoh Kalimah, yakni ukiran kaligrafi yang berlafadzkan Allah dan Muhammad. Nah, corak-corak bulat dan bunga biasanya juga mengelilingi ukiran Bungoh Kalimah ini. Hal ini menjadi sebuah tanda bahwa perempuan yang memakainya sudah menikah, dan sudah masuk dalam tanggung jawab suami. 2. Anting-anting Subang Sumber gambar Tak hanya Patam Dhoe, perhiasan lain yang kerap pakai juga oleh perempuan-perempuan Aceh sat memakai Daro Baro ini adalah anting-anting yang dikenal dengan istilah Subang. Sepasang perhiasan Subang ini dibuat memakai bahan emas, dengan motif bulat-bulat kecil yang disebut dengan nama Boh Eungkot. Supaya lebih cantik lagi, di bagian bawah anting-anting itu juga dilengkapi hiasan menjuntai. Jenis lain dari model anting-anting Subang ini adalah Subang Bungong Mata Uroe, yang bentuknya dibuat mirip dengan Bunga Matahari. Jika diukur, rata-rata perhiasan Subang punya diameter sekitar 6 cm. 3. Kalung Taloe Tokoe Bieung Meuih Sumber gambar Selanjutnya, perhiasan yang juga dipakai untuk melengkapi pakaian adat Aceh Daro Baro ini adalah kalung emas. Nah, perhiasan yang satu ini dibuat dengan bentuk mempunyai 6 batu dengan bentuk hati dan 1 batu lagi bentuknya menyerupai kepiting. Di Aceh, kalung seperti ini dinamakan Taloe Tokoe Bieung Meuih. Selain itu, terdapat juga kalung emas yang coraknya serupa dengan daun sirih dan kalung azimat, yang memiliki manik-manik dengan motif bulat, mirip dengan Boh Bili. 4. Bros Keureusang Sumber gambar Keureusang adalah perhiasan dada yang dikaitkan pada baju perempuan, yang dibuat dari bahan emas dan intan berlian. Secara keseluruhan, bros ini membentuk seperti hati, dengan permata intan dan berlian yang jumlahnya mencapai 102 butir. Sebagai salah satu benda mewah, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa mengenakannya sebagai perhiasan baju harian. Umumnya, perhiasan ini panjagnya sekitar 10 cm danlebarnya 7,5 cm. 5. Lempengan Dada Simplah Sumber gambar Simplah juga termasuk perhiasan dada yang dikenakan kaum wanita. Perhiasan ini dibuat dari bahan perak yang disepuh dengan emas, yang jumlahnya mencapai 24 lempengan segi enam dan 2 lempengan berbentuk segi delapan. Di masing-masing lempengan tersebut, dihias motif ukiran bunga dan daun, serta terdapat permata berwarna merah di tengah-tengahnya. Untuk memakainya, lempengan Simplah dihubungkan oleh 2 buah untaian rantai berukuran kecil. Umumnya, perhiasan ini mempunyai panjang 51 cm dan lebar 51 cm. 6. Gelang Tangan Ikay Sumber gambar Nah, perhiasan lain yang masih dipakai juga sebagai perhiasan baju adat wanita adalah gelang tangan, yang dinamakan Ikay. Perhiasan ini biasanya dibuat dari bahan emas kuning atau emas putih. 7. Cincin Euncien Pinto Sumber gambar Perhiasan cincin yang dipakai oleh wanita Aceh dinamakan Euncien Pinto. Perhiasan terebut dibuat dari emas kuning atau emas putih. 8. Gelang Kaki Gleung Goki Sumber gambar Perhiasan gelang kaki di Aceh, dikenal dengan nama Gleung Goki. Gelang ini adalah perhiasan yang asalnya dari bahan emas kuning atau emas putih. Mengenal Pakaian Adat Aceh A. Sejarah Singkat Sumber gambar Pakaian adat Aceh Ulee Balang merupakan warisan secara turun-temurun yang sudah ada dari Kerajaan Perlak dan Kesultanan Samudra Pasai. Baju adat ini adalah refleksi dari seni dan kebudayaan masyarakat setempat, kerena mempunyai ciri yang kental dengan kekhasan a la Aceh. Tak hanya itu, pengaruh budaya Islam dan Melayu juga ada dalam busana ini. Karena Aceh dulunya merupakan jalur utama perdagangan yang dilakukan oleh pedagang-pedagang Tiongkop, corak kebudayaan Cina juga sedikit banyak ikut dalam model pakaian adat Aceh ini. B. Pemakaian Sumber gambar Dahulu, busana adat ini hanya boleh dikenakan oleh sultan, pejabat, dan keluarga kerajaan saja. Biasanya, baju adat ini akan dikenakan oleh keluarga dan pembesar kerajaan saat mengadakan acara resmi ataupun saat dilangsungkan upacara adat. Tapi kemudian, secara perlahan-lahan pakaian ini ditetapkan sebagai baju tradisional adat Aceh dan boleh dipakai oleh semua orang. Karenanya, Ulee Balang ini adalah busana yang kini biasa dipakai untuk acara pernikahan, baik dikenakan oleh mempelai laki-laki maupun perempuan. Selain itu, baju adat ini juga kerap dipakai untuk acara sunatan dan acara kenegaraan. C. Bahan Pembuatan Sumber gambar Untuk pembuatan pakaian adat Aceh ini, digunakan berbagai kombinasi bahan. Misalkan saja ada bahan kain sutra, kain katun tenun, benang emas, dan lain-lain. Bahan-bahan ini dipakai menyesuaikan kebutuhan pakaian yang dikenakan oleh kaum pria dan kaum perempuan Aceh. Untuk perhiasan, bahan-bahan yang dipakai antara lain emas kuning, emas putih, perak, dan batu permata. Nah, itulah tadi ulasan asyik dari pakaiat adat Aceh yang ternyata cukup variatif bagian-bagiannya. Selain pakaian adat, jangan lupa juga pelajari tentang tarian tradisional asal Aceh, seperti Tari Seudati, Tari Bungong Jeumpa, Tari Saman dan Tari Ratoh Jaroe. Jika kamu ada pertanyaan seputar baju adat Ulee Balang ini, langsung saja ketikkan di kolom komentar di bawah. Jangan lupa like dan share juga, ya. Provinsi Nangroe Aceh Darussalam atau Aceh sering dijuluki dengan sebutan “Tanah Rencong”. Tahukah Anda dari mana julukan ini berasal? Julukan “Tanah Rencong” berasal dari sebutan nama senjata tradisional Aceh yang sangat terkenal dan memiliki desain unik, yang bernama Rencong atau Rentjong. Nah, di artikel kali ini kita akan membahas tentang keunikan rencong tersebut beserta beberapa senjata tradisional Aceh lainnya beserta gambar dan keterangannya yang sayang untuk dilewatkan. Senjata Tradisional Aceh Ada 3 senjata tradisional Nangroe Aceh Darussalam yang cukup dikenal di kancah Nasional, yaitu Rencong, Siwah, dan Peudeung. Namun, di antara jenis senjata lainnya, rencong adalah yang paling unik. 1. Senjata tradisional rencong Selain berfungsi sebagai senjata, bagi masyarakat asli Aceh, rencong juga dianggap sebagai simbol identitas diri. Keberanian, ketangguhan, dan harga diri masyarakat Aceh terejawantahkan dalam bentuk dan desain senjata jenis belati ini. Menilik pada sejarahnya, rencong diketahui mulai digunakan sejak zaman Kesultanan Aceh, tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Ali Mughaya Syah. Di masa itu, rencong selalu diselipkan di pinggang sang Sultan Pertama itu, para Ulee Balang bangsawan, dan masyarakat sebagai sarana untuk mempertahankan keselamatan diri. Khusus untuk rencong kepunyaan Sultan Ali Mughaya Syah hingga kini masih dapat kita temui di Museum Aceh sebagai salah satu koleksi dan pajangan. Rencong tersebut memiliki pegangan dan serangka sarung yang terbuat dari emas atau gading. Sementara rencong yang biasa digunakan masyarakat umum biasanya dibuat dari kayu atau tanduk kerbau. Berdasarkan bentuknya, rencong sebagai senjata tradisional Aceh dapat ditemukan dalam 4 jenis, yaitu rencong meucugek, rencong meupucok, rencong pudoi, dan rencong meukuree. Rencong meupucok adalah rencong dengan gagang kecil di bagian bawah dan membesar ke atasnya. Gagang rencong bagian atas biasanya dibubuhi ukiran emas dan ujungnya diberi hiasan dari gading gajah atau tanduk. Rencong meucugek adalah rencong dengan gagang melengkung hampir siku ke arah mata rencong. Jenis rencong ini memiliki bentuk demikian agar memudahkan tangan pemegangnya dalam menggunakannya saat melakukan pembelaan diri. Rencong meukuree adalah rencong yang dilengkapi dengan ukiran di bagian matanya. Ukiran bisa berbentuk bunga, lipan, daun, ular, atau ragam flora dan fauna lainnya. Rencong pudoi adalah rencong biasa yang gagangnya tidak dilengkapi dengan variasi. Jenis rencong inilah yang banyak digunakan sebagai alat perlawanan rakyat Aceh saat berperang melawan penjajahan Belanda. Selengkapnya 35 Senjata Tradisional Indonesia dari Berbagai Provinsi 2. Senjata tradisional siwah Selain rencong, Aceh juga memiliki Siwah sebagai salah satu varian senjata tradisionalnya. Siwah sebetulnya memiliki bentuk dan fungsi yang nyaris serupa dengan rencong. Bedanya, siwah berukuran lebih besar. Di masa silam, siwah juga digunakan sebagai sarana perlindungan diri dan alat perjuangan melawan penjajahan Belanda. Namun, dapat juga ditemui senjata ini sebagai perlengkapan pakaian para Ulee Balang. Siwah yang digunakan para bangsawan tersebut biasanya dilengkapi dengan hiasan emas dan tahta permata pada sarung dan gagangnya. Berikut ini adalah gambar siwah sebagai salah satu senjata tradisional Aceh yang kini cukup sulit ditemukan. 3. Senjata tradisional peudeung Senjata tradisional Aceh lainnya yaitu Peudeung atau Pedang Aceh. Senjata ini umumnya digunakan sebagai pelengkap dalam pertarungan. Jika biasanya rencong digenggam di tangan kiri sebagai alat tikam penusuk, peudeung digenggam di tangan kanan sebagai alat pengalih perhatian sekaligus untuk pencincang dan pentetak tubuh lawan. Gambar di bawah ini adalah gambar dari peudeung Aceh yang bisa menjadi gambaran bentuk atau wujud senjata ini. Berdasarkan bentuk gagangnya, peudeung aceh dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu peudeung tumpak jingki, ulee meu-apet, dan ulee tapak guda. Peudeung tumpang jingki memiliki bentuk gagang seperti mulut yang terbuka, peudeung ulee meu apet memiliki gagang yang terdapat penahan apet agar tidak mudah lepas, sementara peudeung ulee tapak guda memiliki gagang yang menyerupai telapak kuda. Nah, itulah 3 senjata tradisional Aceh beserta keterangan dan gambarnya yang bisa kami sampaikan di artikel kali ini. semua senjata tersebut memiliki nilai sejarah dalam perkembangannya, sejak mulai digunakan sebagai alat pertahanan diri, pelengkap pakaian adat, hingga sebagai senjata untuk berperang melawan penjajah. Sudah seharusnya kita melestarikan senjata-senjata tersebut supaya tidak punah hilang ditelan zaman.

gambar senjata tradisional dari aceh